Melalui Seminar UMMI Ajak Moderasi Islam Berkemajuan Dalam bingkai ke Indonesian.
Melalui Seminar UMMI Ajak Moderasi Islam Berkemajuan Dalam bingkai ke Indonesian.

Melalui Seminar UMMI Ajak Moderasi Islam Berkemajuan Dalam bingkai ke Indonesian.

  • Ditulis oleh admin 2
  • pada Jumat, 17 Desember 2021

Sukabumi, ummi.ac.id – Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Universitas Muhamamdiyah Sukabumi untuk mengadakan kegiatan Seminar Nasional yang dimana bertujuan untuk memberikan pahaman tentang Memoderasi islam Berkemajuan dalam Bingkai Indonesia.

“Mudah-mudahan seminar yang dilaksanakan pagi hari ini yakni mampu menghasilkan rumusan-rumusan masalah, mampu menyelesaikan persoalan-persoalan di tengah masyarakat yang diamana semua itu menjadi persoalan kita Bersama.” Ucap dalam sambutannya Rektor Universitas Muhamamdiyah Sukabumi Dr. sakti Alamsyah, M.Pd

Kegiatan ini di hadiri oleh Wakil Ketua PWM Jawa barat, Ketua PDM Sukabumi, Kota Bogor, Kbupaten Bogor, Kabupaten Cianjur beserta jajaran, serta beberapa Organisasi Ortonom Muhammadiyah Sukabumi, dan juga Sivitas Akademika Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

“Disini kita akan membicarakan suatu yang sangat strategis, tapi sebenarnya bagi Muhammadiyah tidak merupakan satu isu baru ini isu yang sudah lama organisasi kita ini sejak lahir 109 tahun yang lalu sudah Moderan kita tidak mengikuti barat dan kita tidak mengikuti timur dan kita mengkuti kanjeng Nabi Muhammad SAW.” Ujar dalam pidato pembukanya Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. dadang Kahmad.

“Dan Kanjeng Nabi Muhammad dalam Riwayat nya itu adalah sosok yang sangat moderan kalo kita baca piagam Madinah 47 pasal itu adalah betul-betul satu piagam yang menurut saya susah kita untuk mengerti masuk logika 1400 tahun yang lalu kok ada piasgam yang hebat dan semaju itu, di setiap pasalnya pengakuan terhadap pengakuan agama lain dan kebersamaan HAM juga di sebutkan disana dan itu baru sekarang Negara Moderni mengerti dan memahamiyang diisukan oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW yang ada didalam piagam Madinah yang kita kagumi” sambung Prof. Dr. Dadang kahmad.

Kegiatan ini di isi oleh 3 Narasumber dengan narasumber pertama Risal Fadillah, S.H Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Jawa Barat, kedua Dr. Dadang Syarifudin, M.A. Ketua Pimpinan Wilayah Jawa barat, ketiga Yana Fajar Basori, M.Si. Dosen Fakultas Ilmu Administrasi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Sukabumi, dan kegiatan ini di medaratori oleh Dr. R. Deni Danial, M.M. Dosen Fakultas Ilmu Administrasi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

“Klasifikasi pertama adalah yang biasa-biasa lazim dan mudah dipahami secara sederhana, yang Namanya moderasi itu Islam yang nyaman, Islam yang  menenangkan, Islam yang maslahat, dan Islam yang mudah diterima secara Universal itu yang dimanakan moderasi, jadi tidak Islam yang rusuh, merusak, selalu berada dalam penghancuran justru tidak, karna itu pemahaman moderasi yang sederhana dan begitu sering dikekakan Rahmatan Lilalamin. Yang kedua dalam memahami moderasi yaitu sama dengan sekularisasi, liberalisasi, plotizem jadi makasudnya moderasi itu menjadi sekuler, agama yang bisa dipilah-pilah mana urusan agama dan mana urusan selain agama.” Sampainya Risal Fadillah, S.H. dalam materi pertama

Dalam konteks ini bahwa kita harus menjadi umat Islam yang mengenalkan bahwa islam itu nyaman, menenangkan, maslahat dan bisa dipahami secara umum dan tidak dikenal secara islam itu rusuh, penghancur dan lainya.

“Bila kita berbicaa Hakekat Muhammadiyah, yang pertama adalah Gerakan Islam kemudian Gerakan tadid dan Gerakan dakwah. Dalam kibat tafsirnya almahna mengilustrasikan  bagaimana relasi antara 3 agama sawawi dalam hal ini Islam, Nasrani dan Yahudi. Yang sebagaimana pertumbuhan dan perkambangan jiwa manusia, jadi kalua manusia itu ada 3 tahapan, yang pertama anak-anak, kedua remaja dan yang ketiga dewasa. Anak-anak itu lebih didominasi yang bersifat material, untuk remaja tidak hanay material namun ditambah dengan sikologis, dan Ketika dewasa tidak hanya soal material dan sikologis namun dengan rasio atau akal. Dan oleh abdu digambarkan bahwa yahudi itu yang seperti material makanya inti dari agama yahudi itu ada dihukum sariahnya, masuk ke Nasrani itu masuk kepada aspek moralitas, etika, ahlak dan sementara dalam sisi islam msuk kepada aspek tidak hanya aspek itu saja dan masuk irasional agar balens, itu hanya ilustrasi dan analogi.” Sampainya Dr. Dadang Syarifudin, M.A dalam materi kedua.

“Fakta di Indonesia bahwa mahasiswa kita sikap toleransi beragamanya itu hanya 30,16%, jadi yang itu disebutkan dengan jelas maraknya beragama yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan, munculnya tafsir agama yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara pengetahuan, mulai terlihat cara beragama yang merusk ikatan kebangsaan dengan tekanan merujuk pada pilihan sikap untuk mempolitisasi agama dan sikap majoritarianism. Sampainya Yana Fajar Basori, M.Si. dalam materi ketiga.

Kegiatan ini dilanjut dengan diskusi dengan para peserta seminar dan dilanjut dengan ramahtamah.